Belajar tuntas (matery learning) sebagai kriteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
Apakah yang dimaksud dengan belajar tuntas? Bagaimanakah kedudukannya dalam kegiatan belajar mengajar?
(James Block, 1971) dari universitas California, Sanata Barbara adalah seorang tokoh yang mengemukakan konsep belajar tuntas (mastery learning)
yang lebih menekankan strateginya pada kegiatan individual dalam
belajar. Konsep belajar tuntas yang dikemukakannya terutama menekankan
kepada usaha penguasaan bahan pengajaran atau kuliah secara aktual (Bloom, 1968) dengan istilah learning for mastery dengan jalan :
- Membantu siswa yang dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar menghadapi masalah.
- Menyediakan
waktu yang cukup untuk belajar kepada siswa sesuai dengan kecepatan
belajar yang dimilikinya secara individual (rate of learning).
- Membatasi ruang lingkup bahan yang harus dipelajari siswa dengan tingkat kesulitan tertentu.
Secara sederhana konsep belajar tuntas mengajarkan kepada kita (Caroll, 1968)
bahwa bilamana siswa diberi kesempatan menggunakan yang dibutuhkan
untuk belajar, dan ia menggunakannya dengan sebaik-baiknya, maka ia akan
mencapai tingkatan hasil belajar yang diharapkan. Atau dengan kata lain
dapat dirumuskan bahwa setiap siswa yang mempunyai kecakapan rata-rata
(normal) jika diberi waktu yang cukup untuk belajar kita yakin bahwa
mereka dapat menyelesaikan tugas belajar secara tuntas sepanjang kondisi
belajar yang tersedia cukup menguntungkan.
Johan B . Corall mengemukan sejumlah faktor yang mempengaruhi hasil belajar dan hubungan fungsional antara faktor-faktor tersebut.
Tingkat belajar:
1. Waktu yang tersedia 3. Kualitas pengajaran
2. Usaha individu 4. Kemampuan untuk mengerti pengaliran.
Dari susunan ini dapat dengan jelas dipahami bahwa ketentuan hasil belejar seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor :
- Waktu yang tersedia untuk menyelesaikan suatu bahwa bahan (scopi) yang telah ditentukan misalnya satu semester.
- Usaha yang dilakunkan oleh individu untuk menguasai bahan.
- Kualitas
pengajaran atau tinkat kejelasan pengajaran misalnya strategi
penjelasan yang diterimanya , pengaturan untuk pengajaran tersebut.
- Kemampuan siswa untuk mendapatkan manfaat yang optimal dari keseluruhan proses belajar mengajar yang sedang dihadapinya.
Kita
sadar bawa bakat setiap individu berbeda satu yang lainnya. Kemampuan
untuk menangkap pelajaran juga berlainan, tingkat usahanya pun juga
berpariasi, maka faktor waktu yang dibutuhkan oleh individu yang berbeda
juga akan berbeda untuk menguasai materi atau bahan yang sama. Oleh
karena itu dapat kita rumuskan :
|
|
Agar
dicapai tinkat penguasaan bahan yang sama untuk siswa yang bakat dan
kemampuannya sedang, diperlukan waktu 60 menit ,sedangkan untuk siswa
yang bakat dan kemampuannya sedang, barangkali diperlukan waktu yang
lebih lama misalnya 90 menit.
Maksud
utama dari belajar tuntas adalah usaha agar dikuasainya bahan secara
tuntas. Tingkat ketentuan ini bermacam-macam dan merupakan kriteria
minimum yang harus dikuasai siswa. Batas minimum penguasaan ini
kadang-kadang dijadikan dasar kelulusan bagi siswa yang mempelajari
bahan tersebut. Akan tetapi biasanya dipersyaratkan penguasan bahan
bergerak antara 75 % s/d 90%.
Bila presentasi pada tarap tersebut. Di sini terletak pentingnya evaluasi pembinaan (Formative evaluation) agar
tiap-tiap unit kecil (sebagai thap bahasan tertentu misalnya) agar tiap
unit dapat dikuontrol apakah siswa menguasi bahan yang sedang
dipelajari untuk kemudian diusahakan perbaikan proses belajar mengajar selajutnya bla ditemeukan kelamahan – kelemahan.
Formatif
evolution : untuk dapat mengontrol pokok bahasan apakah siswa dapat
menguasai bahan pelajaran yang sedang dipelajari untuk kemudian
diusahakan perbaikan belajar mengajar selanjutnya bila ditemukan
kelemahan-kelemahan .
Agar setiap siswa dapat mencapai hasil belajar yang diinginkan yang mencapai kriteria yang telah ditentukan sebelumnya, maka :
- Penguasaan
terhadap satu unit tertentu dipersyaratkan sebelum mereka lanjutkan
keunit satu satuan bahan berikutnya .Bahan ini pun disusun dari mulai
yang paling sederhana menuju ke yang lebih kompleks dan mulai dari yang
mudah menuju kepada yang lebih sukar .
- Pengorganisasian pengajaran menjadi satu dasar yang diatur secara logis dan sistematis .
- Penguasaan teks diagnostik kemajuan (diagnotic progress test)
yang dilaksanakan sesudah siswa menyelesaikan kegiatan belajar untuk
satuan unit pelajaran tertentu. Kegiatan ini berguna dalam rangka
memperoleh balikan (feedback) mengenai ketetapan cara belajar siswa dan tingkat penguasaan bahan yang sudah diperoleh.
- Sesudah informasi diperoleh maka dilaksanakan kegiatan pengajaran perbaikan (learning correctives) berupa bantuan khusus kepada siswa.
Dalam mengajar dengan mengimplementasikan di tempat prosedur seperti berikut (Bloom , 1968) :
1 . Prakondisi untuk belajar tuntas. 3. Hasil belajar.
2 . Mengembangkan prosedur opersional.
Tingkat Jenis Masalah Yang Dihadapi Siswa
Bakat
mempunyai pengaruh besar terhadap prestasi hasil belajar seseorang.
Bakat ini berbeda pada setiap siswa yang kita kenal dengan prinsip
perbedaan individual.
Kualitas
pengajaran turut menentukan ketuntasan penguasaan bagi para siswa. Oleh
karena itu, usaha untuk menertibkan siswa secara optimal dalam kegiatan
belajar mengajar, usaha membuat pengajaran lebih konkret, lebih
praktis, mempergunakan berbagai cara penguatan (reinforcement) akan banyak membantu tingkat penguasaan bahan oleh para siswa.
Faktor
lain yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa adalah kesanggupan
siswa untuk memahami pengajaran, ketekunan siswa, dan kesempatan yang
diberikan untuk mempelajari ruang lingkup bahan yang sudah ditentukan.
Kedudukan Diagnosis Kesulitan Masalah Belajar, dalam kegiatan Belajar dan Mengajar
Ketidakberhasilan
dalam proses belajar mengajar dalam mencapai ketuntasan bahan tidak
dapat dikembalikan kepada hanya satu factor yang terlibat dalam proses
belajar mengajar. Faktor yang dapat kita persoalkan adalah siswa yang
belajar, jenis kesulitan yang dihadapi siswa dan kegiatan yang terlibat
dalam proses.
Yang
penting dalam kegiatan proses diagnostik masalah dalam belajar adalah
menemukan letak masalah dan jenis masalah yang dihadapi siswa agar
pengajaran perbaikannya (learning corrective) yang dilakukan dapat
dilaksanakan secara efektif. Kegiatan diagnosis terutama harus ditujukan
:
- Bakat siswa yang berbeda.
- Ketekunan dan tingkat usaha yang dilakukan siswa.
- Waktu yang tersedia untuk menguasai ruang lingkup tertentu sesuai dengan bakat yang bersifat individual dan usaha yang dilakukannya.
- Kualitas pengajaran yang tersedia
- Kemampuan siswa untuk memahami tugas-tugas belajar.
- Tingkat dari jenis kesulitan yang diderita siswa sehingga dapat ditentukan perbaikannya. http://yusronz-krautz.blogspot.com/search/label/Diagnostik%20Masalah%20Belajar%20Siswa
0 komentar:
Posting Komentar
coment