1. Kesulitan
Belajar Umum
Anak
berkesulitan belajar umum secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas
akademik khusus maupun umum, baik disebabkan oleh adanya disfungsi neurologis,
proses psikologi dasar maupun sebab-sebab lain sehingga prestasi belajarnya
rendah dan anak tersebut berisiko tinggi tinggal kelas.
Anak
berkesulitan belajar tidak sama dengan anak tunagrahita. Anak berkesulitan
belajar umum biasanya ditandai dengan prestasi belajar yang rendah untuk hampir
semua mata pelajaran atau nilai rata-rata jauh di bawah rata-rata kelas
sehingga mempunyai risiko cukup tinggi untuk tinggal kelas. Kesulitan belajar
tersebut disebabkan karena IQ yang rendah. Pada umumnya nak yang mengalami
kesulitan belajar karena mempunyai inteligensi di bawah rata-rata yakni dengan
IQ antara 70-90. Mereka sulit untuk menangkap pelajarn dan umumnya bersekolah
di sekolah-sekolah umum.
Anak
berkesulitan belajar kemungkinan juga mengalami gangguan fisik, sosial dan
mental yang ringan sehingga cukup mengganggu mereka dalam menangkap pelajaran.
Anak yang mengalami gangguan penglihatan jauh akan merasa kesulitan jika
ditempatkan di tempat duduk paling belakang, demikian juga dengan anak yang
mengalami gangguan pendengaran ringan. Anak yang memilki inteligensi di bawah
rata-rata (slow learner) memerlukan
penjelasan dengan menggunakan berbagai metode dan berulang-ualang agar mereka
dapat memahami pelajaran dengan baik. Anak yang mengalami gangguan tingkah laku
memerlukan perhatian yang cukup terhadap persoalan sosial yang dihadapinya agar
dapat mengonsentrasikan diri pada pelajaran.
2. Kesulitan
Belajar Khusus
Kesulitan
belajar khusus dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu kesulitan belajar
praakademik dan kesulitan belajar akademik.
a. Kesulitan
Belajar Praakademik
1) Gangguan
Motorik dan Persepsi
Gangguan
perkembangan motorik disebut dispraksia,
mencakup gangguan pada motorik kasar, penghayatan tubuh, dan motorik halus.
Gangguan persepsi mencakup persepsi penglihatan atau persepsi visual,persepsi
pendengaran atau aoditoris, persepsi heptik (raba dan gerak atau tatkil dan
kinestik), dan inteligensi sistem persepsual.
Dispraksia atau sering
disebut clumsy adalah keadaan sebagai
akibat adanya gangguan dalam inteligensi auditori-motor. Anak tidak mampu
menggerakkan anggota tubuh dengan benar walaupun tidak ada kelumpuhan anggota
tubuh. Ada beberapa jenis dispraksia, antara lain ;
a) Dispraksia
ideomotoris, ditandai dengan kurangnya kemampuan dalam melakukan gerakan
sederhana sperti ; menggunting, menggosok gigi, atau menggunakan sendok
makan.Gerakannya terkesan canggung dan kurang luwes.
b) Dispraksia
ideosional, ditandai anak dapat melakukan gerakan kompleks tetapi tidak mampu
menyelesaikan secara keseluruhan terutama dalam kondisi lingkungan yang tidak
tenang. Kesulitannya terletak pada urutan-urutan gerakan, anak sering bingung
mengawali suatu aktivitas, misalnya mengikuti irama musik.
c) Dispraksia
konstruksional, ditemukan pada anak yang mengalami kesulitan melakukan gerakan
kompleks yang berkaitan dengan bentuk, seperti menyusun balok dan menggambar. Hal
ini disebabakan karena kegagalan dalam konsep visiokonstruktif.
2) Kesulitan
Belajar Kognitif
Pengertian
kognitif mencakup berbagai aspek struktur intelektual yang digunakan untuk
mengetahui sesuatu. Kognitif merupakan fungsi mental yang mencaku persepsi,
pikiran, simbolisasi, penalaran, dan pemecahan masalah. Perwujudan fungsi
kognitif dapat dilihat dari kemampuan anak menggunakan bahasa dan menyelesaikan
soal-soal berhitung.
3) Gangguan
Perkembangan Bahasa (Disfasia)
Disfasia
adalah ketidakmampuan anak menggunakan simbol linguistik dalam berkomunikasi
secara verbal. Gangguan pada anakyang terjadi pada fase perkembangan ketika
anak belajar berbicara disebut disfasia perkembangan (developmental dysphasia).
Disfasia
ada dua jenis, yaitu disfasiareseptif dan disfasia ekspresif. Pada disfasia
reseptif anak mengalami gangguan pemahaman dalam penerimaan bahasa. Anak dapat
mendengar kata- kata yang diucapakan, tetapi tidak mengerti apa yang didengar
karena mengalami gangguan dalam peroses stimulus yang masuk. Pada disfasia
eksperesif, anak itdak mengalami gangguan pemahaman bahasa, tetapi ia sulit
mengekspresikan kata secara variabel. Anak dengan gangguan perkembangan bahasa
akan berdampak akan berdampak kemampuan membaca dan menulis.
4) Kesulitan
dalam Penyelesaian Perilaku Sosial
Ada
anak yang perilakunya tidak dapat diterima oleh lingkungan sosialnya, baik oleh
sesama anak, guru, maupun orang tau. Ia ditolak oleh lingkungan sosialnya karna
sering mengganggu, tidak sopan, tidak tahu aturan, atau berbagai perilaku
lainnya. Jika kesulitan penyusuaian perilaku sosial ini tidak secepatnya ditngani
maka tidah hanya menimbulakan kerugian bagi anak itu sendiri, tetapi juga bagi
lingkungannya.
b. Kesulitan
Belajar Akademik
Meskipun sekolah mengajarkan berbagai mata pelajaran atau bidang studi,
namun klasifikasi kesulitan belajar
akademik tidak dikaitkan dengan semua mata pelajaran atau bidang studi
tersebut. Berbagai literatur yang mengkaji kesulitan belajar hanya menyebutkan
tiga jenis kesulitan belajar akademik
sebagai berikut:
·
Kesulitan belajar membaca,
·
Kesulitan belajar menulis, dan
·
Kesulitan belajar berhitung atau
matematika.
1)
Kesulitan Belajar Membaca (Disleksia)
Kesulitan belajar membaca sering disebut disleksia. Kesulitan belajar membaca
yang berat dinamakan aleksia.
Kemampuan membaca tidak hanya merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang
akademik, tetapi juga untuk meningkatkan keterampilan kerja dan memungkinkan
orang untuk berprestasi dalam kehidupan masyarakat secara bersama.
Ada
dua jenis pelajaran membaca, yaitu membaca permulaan atau membaca lisan dan membaca pemahaman. Mengingat pentingnya
kemampuan membaca bagi kehidupan, kesulitan belajar membaca hendaknya ditangani
sedini mungkin.
Ada dua tipe disleksia, yaitu disleksia
auditoris dan disleksia visual.
Gejala-gejala disleksia auditoris
adalah sebagai berikut:
a)
Kesulitan dalam diskriminasi
auditoris dan persepsi sehingga
mengalami kesulitan dalam analisis fonetik, contohnya anak tidak dapat membedakan
kata ’ kakak, katak, kapak’;
b)
Kesulitan analisis dan sintesis
auditoris, contohnya ‘ibu tidak dapat diuraikan ‘i-bu’ atau problem sintesa
‘p-i-ta’ menjadi ‘pita’. Gangguan ini dapat menyebabkan kesulitan membaca dan
mengeja;
c)
Kesulitan auditoris bunyi atau kata.
Jika di beri huruf tidak dapat mengingat bunyi huruf atau kata tersebut, atau
klau melihat kata tidak dan mengingatkannya walaupun mengerti arti kata
tersebut;
d)
Membaca dalam hati lebih baik dari pada
membaca lisan;
e)
Kadang-kadang disertai gangguan urutan
auditoris;
f)
Anak cenderung melakuan aktivitas
visual.
2)
Kesulitan Belajar Menulis (Disgrafia)
Kesulitan belajar menulis disebut jaga
disgrafia. Kesulitan belajar menulis yang berat disebut agrafia. Ada tiga jenis
pelajaran menulis, yaitu menulis permulaan, mengeja atau dekte, dan menulis ekspresif.
Kegunaan kemampuan menulis bagi seorang siswa adalah untuk menyalin, mencatat,dan
mengerjakan sebagian besar tugas sekolah. Oleh karena itu,kesulitan belajar
menulis hendaknya didekteksi dan ditangani sejak dini agar tidak menimbulkan
kesulitan bagi anak dalam mempelajari
berbagai mata pelajaran yang diajarakn di sekolah.
3)
Kesulitan Belajar Berhitung
(Diskalkulia)
Kesulitan belajar berhitung disebut juga diskalkulia. Kesulitan belajar berhitung
yang berat disebut akalkulia. Ada
tiga elemenbelajar berhitung yang harus dikuasai oleh anak. Ketiga elemen
tersebut adalah konsep, komputasi,dan
pemecahan masalah. Seperti halnya bahasa, berhitung merupakan bagian dari matematika
yang merupakan sarana berpikir keilmuan. Oleh karena itu, kesulitan belajar
bahasa,kesulitan berhitung hendaknya dideteksi dan ditangani dini agar tidak
menimbulkan kesulitan bagi anak dalam mempelajari berbagai mata pelajaran lain
disekolah.
0 komentar:
Posting Komentar
coment