Welcome

Kamis, 21 Maret 2013

Metodologi Studi Islam



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Kehadiran Agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan bathin. Didalamnya terdapat berbagai petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia itu menyikapi hidup dan kehidupan ini secara lebih bermakna dalam arti yang seluas luasnya.
Petunjuk-petunjuk Agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat didalam sumber ajarannya, Al Qur’an dan Hadits, tampak amat ideal dan agung. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif, menghargai akal pikiran melalui pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual, senantiasa mengembangkan kepedulian sosial, menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis, berorientasi pada kualitas, egaliter, kemitraan, anti feodalistik, mencintai kebersihan, mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia, dan sikap sikap positif lainnya.
1.2.  Rumusan Masalah
Sebenarnya dalam ajaran Agama Islam itu mayoritas ajarannya mengacu kepada masalah sosial. Bahkan dalam suatu penelitian disimpulkan bahwasannya Al-Qur’an memiliki empat hal yang bertemakan tentang kepedulian sosial.
1.      Dalam Al-Qur’an dan Hadis proposial terbesar ditujukan kepada masalah sosial,
2.      Dalam kenyataan bila urusan ibadah bersamaan waktunya dengan urusan muamalah yang penting, maka ibadah boleh diperpendek atau ditangguhkan (tapi tidak ditinggalkan).
3.      Bahwa ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan diberi ganjaran lebih besar daripada ibadah yang bersifat perseorangan.
4.      Bila urusan ibadah dilakukan tidak sempurna atau batal karena melanggar pantangan tertentu, maka kafaratnya ialah melakukan susuatu yang berhubungan dengan masalah sosial.

Namun yang sangat mengecewakan, kenyataan Islam sekarang ini menampilkan keadaan yang jauh dari cita ideal tersebut. Ibadah yang dilakukan umat Islam seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya hanyalah sekedar kewajiban yang harus dilaksanakan dengan tanpa ada nilai dimensi lain yang merupakan buah dari ibadah tersebut terutama dalam masalah sosial. Sehingga seolah olah Agama hanyalah urusan individu, penyelamatan individu tanpa ada keberkahan sosial. Dan seakan akan Agama bahkan tuhan sekalipun tidak hadir dalam problematika sosial kita walaupun Nama-Nya sering kita dengarkan berkumandang dimana mana.
1.3.  Tinjauan Penelitian
Agama telah menimbulkan Khayalnya yang paling luas dan juga digunakan untuk membenarkan kekejaman orang yang luar biasa terhadap orang lain. Agama dapat membangkitkan kebahagiaan batin yang paling sempurna dan juga perasaan takut dan ngeri. Keterkaitan agama dengan masalah kemanusiaan sebagaimana tersebut menjadi penting jika dikaitkan dengan situasi kemanusiaan dizaman modern ini. Kita mengetahui bahwa dewasa ini manusia menghadapi berbagai macam persoalan yang benar benar membutuhkan pemecahan segera. Kadang kadang kita merasa bahwa situasi yang penuh dengan problematika di dunia modern justru disebabkan oleh perkembangan pemikiran manusia sendiri. Dibalik kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dunia modern sesungguhnya menyimpan suatu potensi yang dapat menghancurkan martabat manusia. Umat manusia telah berhasil mengorganisasikan ekonomi, menata struktur politik, serta membangun perdaban yang maju untuk dirinya sendiri, tetapi pada saat yang sama, kita juga melihat bahwa umat manusia talah menjadi tawanan dari hasil ciptaannya sendiri. Sejak manusia memasuki zaman modern mereka mampu mengembangkan potensi potensi rasionalnya, mereka memang telah membebaskan diri dari belenggu pemikiran mistis yang irrasional dan belenggu pemikiran hukum alam yang sangat mengikat kebebasan manusia. Tetapi ternyata di dunia modern ini manusia tak dapat melepaskan diri dari jenis belenggu lain, yaitu penyembahan kepada hasil ciptaannya sendiri.
1.4.  Manfaat Penelitian

Dengan kita menggali pemahaman tentang Agama walaupun mungkin tidak terlalu dalam paling kurang kita akan mengerti lebih dalam daripada yang terdangkal dari pemahaman-pemahaman yang kita ketahui sebelumnya. Sehingga dapat menambah wawasan seputar prosedur dan keistimewaannya yang luhur dibalik realistis yang ada di masyarakat.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Pembahasan Teori
Karakteristik Islam dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan tersebut dapat pula dilihat dari lima ayat pertama dari Surat Al-Alaq. Iqro dalam ayat ini bukan hanya berarti membaca tetapi juga berarti menelaah mengobservasi, membandingkan, mengukur, mendiskripsikan, menganalisis, dan penyimpulan secara induktif. Islam dengan demikian kuatnya mendorong manusia agar memiliki ilmu pengetahuan dengan cara menggunakan akalnya untuk berfikir, merenung, dan sebagainya. Demikian pentingkan ilmu ini hingga islam memandang bahwa orang menuntut ilmu sama nilainya dengan jihad dijalan Allah SWT.
2.2. Kerangka Pemikiran

Mengartikan Agama secara etimologis (kebahasaan) akan terasa lebih mudah daripada mengartikan Agama dari sudut istilah karena pengertian Agama dari sudut istilah ini sudah mengandung muatan subjektivitas dari oang yang mengartikannya. Lain halnya dengan dari segi bahasa, pengertian Agama dari segi bahasa dapat kita ikuti antara lain uraian yang diberikan Harun Nasution. Menurutnya, dalam masyarakat Indonesia selain dari kata Agama, dikenal pula kata “Din” dari bahasa arab dan kata Religi dalam bahasa eropa. Ia mengatakan bahwa Agama dari bahasa sanskerta tersusun dari 2 kata yaitu A=tidak dan Gam =pergi, jadi Agama artinya tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi secara turun temurun. Hal menunjukkan pada salah satu sifat agama yaitu diwarisi secara turun temurun dari satu generasi ke generasi lainnya. Kemudian ada yang mengatakan artinya adalah teks dan kitab suci, tuntunan yang  berarti tuntunan bagi kehidupan manusia.
Selanjutnya din dalam bahasa semit berarti undang undang atau hukum. Dalam bahasa arab kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, dan kebiasaan.
Sedangkan kata religi berasal dari kata relegere yang mengandung arti mengumpulkan dan membaca. Pengertian demikian itu juga sejalan dengan isi Agama yang mengandung kumpulan cara cara mengabdi kepada tuhan yan gterkumpul dalam kitab suci yang harus dibaca, tetapi ada juga yang mengatakan arti dari relegere adalah mengikat.
2.3. Argumentasi Keilmuan
Syafi’i Ma’arif dalam suatu kesempatan mengatakan bahwasanya penyebab dari kesenjangan antara Citra Islam dengan kenyataannya adalah yang Pertamakarena kualitas keagamaan umat yang masih rendah. Menurutnya proses Islamisasi sesungguhnya secara kualitatif belum pernah mencapai tingkatnya yang sempurna, yang Keduacara umat islam sendiri yang keliru dalam memahami islam, Islam yang muatan ajaran banyak berkaitan dengan masalah masalah sosial ternyata belum dapat diangkat kepermukaan disebabkan metode dan pendekatan yang kurang komprehensif atau menyeluruh.
Mukti Ali juga mengatakan bahwasannya jika kita mempelajari cara orang dalam mendekati agama islam maka kita akan melihat tiga cara yang jelas tampak.Pertamaadalah secara naqli (tradisional), yang Keduaadalah pendekatan secara aqli (rasional), dan yang Ketigaadalah pendekatan secara kasyf (mistis). Padahal dalam memahami Agama itu harusnya ketiga cara pendekatan tersebut harus digunakan secara serempak, bukan terpisah pisah.  
Dan ternyata menurut sebuah penelitian menyatakan bahwa ternyata mayoritas Studi Islam hanya berorientasi untuk terciptanya lulusan yang dapat menghafal ajaran Agama, tetapi tidak mampu mengembangkannya.















BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode dan Rancangan Penelitian

Untuk mencapai suatu kemajuan, kejeniusan saja belum cukup, melainkan harus dilengkapi dengan ketepatan memilih metode yang akan digunakan untuk kerjanya dalam bidang apapun. Metode dan berpikir yang benar tak ubahnya seperti orang yang berjalan. Seorang yang lumpuh sebelah kakinya dan tidak dapat berjalan dengan cepat, tetapi memilih jalan yang benar akan mencapai tujuannya lebih cepat daripada jago lari yang mengambil jalan yang terjal lagi berkelok-kelok.
Berbagai pendapat diajukan untuk metode memahami islam diantaranya metode yang digunakan oleh ali syari’ati. Ia mengatakan bahwasannya cara memahami islam salah satunya ialah dengan mengenal allah dan membandingkannya dengan sesembahan agama lain. Cara lainnya ialah dengan mempelajari kitab alqur’an dan membandingkannya dengan kitab-kitab samawi lainnya. Tetapi ada lagi cara lain yaitu dengan mempelajari kepribadian rasul islam dan membandingkannya dengan tokoh tokoh besar pembaruan yang pernah hidup dalam sejarah. Akhirnya ada satu cara lagi ialah dengan mempelajari tokoh tokoh islam terkemuka dan membandingkannya dengan tokoh tokoh utama agama maupun aliran aliran pemikiran lain.
Selain menggunakan pendekatan komparasi, ali syari’ati juga menawarkan cara memahami islam melalui pendekatan aliran. Dalam hubungan ini, ia mengatakan bahwa tugas intelektual hari ini adalah mempelajari dan memahami islam sebagai aliran pemikiran yang membangkitkan kehidupan manusia, perseorangan maupun masyarakat. Dan bahwa sebagai intelektual dia memikul amanah demi masa depan umat manusia yang lebih baik. Dia harus menyadari tugas ini sebagai tugas pribadi dan apapun bidang studinya dia harus senantiasa menumbuhkan pemahaman yang segar tentang islam dan tentang tokoh tokoh besarnya sesuai dengan bidangnya masing masing.
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
Nasruddin Razak mengemukakan pendapatnya. Ia menawarkan metode pemahaman Islam secara menyeluruh. Menurutnya bahwa memahami Islam secara menyeluruh adalah penting walaupun tidak secara detail. Begitulah cara paling minimal untuk memahami agama paling besar sekarang ini agar menjadi pemeluk Agama yang mantap dan untuk menumbuhkan sikap hormat bagi pemeluk Agama lainnya. Dan untuk memahami Islam secara benar Nasruddin Razak mengajukan 4 cara:
a.       Islam harus dipelajari dari sumber yang asli, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah Rasulullah.
b.      Islam harus dipelajari secara menyeluruh sebagai satu kesatuan yang bulat tidak secara sebagian saja.
c.       Islam perlu dipelajari dari kepustakaan yang ditulis oleh para ulama besar, kaum zuama dan sarjana-sarjana Islam, karena pada umumnya mereka memiliki pemahaman islam yang baik.
d.      Islam hendaknya dipelajari dari ketentuan normatif teologis yang ada dalam al qur’an, baru kemudian dihubungkan dengan kenyataan historis, empiris, dan sosiologis yang ada di masyarakat.
3.3. Pengumpulan dan Analisis Data

Mukti Ali juga mengajukan pendapat tentang metode memahami islam sebagaimana yang dikemukakan ali Syari’ati yang menekankan pentingnya melihat islam secara menyeluruh. Ia juga mengatakan apabila kita melihat islam hanya dari satu segi saja, maka kita hanya akan melihat satu dimensi dari fenomena fenomena yang multifaset, sekalipun kita melihatnya itu betul. Islam menurutnya harus dipahami secara bulat, yaitu pemahaman islam yang dilakukan secara komprehensif. Metode lain untuk memahami islam yang diajukan Mukti ali adalah metode tipologi. Metode ini oleh banyak sekali ahli sosiologi dianggap objektif berisi klasifikasi topik dan tema sesuai dengan tipenya, lalu dibandingkan dengan topik dan tema yang mempunyai tipe yang sama.






BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1.  Kesimpulan

Dari uraian yang ada diatas dapat kita simpulkan bahwasannya metode yang dapat digunakan dalam memahami islam secara garis besar ada dua macam. Pertama, metode komparasi yaitu suatu cara memahami agama  dengan membandingkan seluruh aspek yang ada dalam Agama Islam tersebut dengan Agama lainnya, dengan cara demikian akan dihasilkan pemahaman Islam yang objektif dan utuh. Kedua, metode sintesis, yaitu suatu cara memahami Islam yang memadukan antara metode ilmiah dengan segala cirinya yang rasional, objektif, kritis, dan seterusnya dengan metode teologis normatif.

4.2.  Saran

Ali Syari’ati menekankan pentingnya melihat Islam secara menyeluruh. Ia juga mengatakan apabila kita melihat Islam hanya dari satu segi saja, maka kita hanya akan melihat satu dimensi dari fenomena fenomena yang multifaset, sekalipun kita melihatnya itu betul. Islam menurutnya harus dipahami secara bulat, yaitu pemahaman Islam yang dilakukan secara komprehensif.














DAFTAR PUSTAKA


Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam/oleh Abuddin Nata-Ed. Revisi,-18-(Jakarta: Rajawali Press, 2012). Xii, 482 hlm.,21 cm. ISBN 979-421-706-9




0 komentar:

Posting Komentar

coment