BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kehadiran Agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad
SAW. Diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir
dan bathin. Didalamnya terdapat berbagai petunjuk tentang bagaimana seharusnya
manusia itu menyikapi hidup dan kehidupan ini secara lebih bermakna dalam arti
yang seluas luasnya.
Petunjuk-petunjuk Agama mengenai berbagai
kehidupan manusia, sebagaimana terdapat didalam sumber ajarannya, Al Qur’an dan
Hadits, tampak amat ideal dan agung. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis
dan progresif, menghargai akal pikiran melalui pengembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual,
senantiasa mengembangkan kepedulian sosial, menghargai waktu, bersikap terbuka,
demokratis, berorientasi pada kualitas, egaliter, kemitraan, anti feodalistik,
mencintai kebersihan, mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia, dan sikap
sikap positif lainnya.
1.2.
Rumusan Masalah
Sebenarnya dalam ajaran Agama Islam itu mayoritas
ajarannya mengacu kepada masalah sosial. Bahkan dalam suatu penelitian
disimpulkan bahwasannya Al-Qur’an memiliki empat hal yang bertemakan tentang
kepedulian sosial.
1. Dalam Al-Qur’an dan Hadis proposial
terbesar ditujukan kepada masalah sosial,
2.
Dalam kenyataan
bila urusan ibadah bersamaan waktunya dengan urusan muamalah yang penting, maka
ibadah boleh diperpendek atau ditangguhkan (tapi tidak ditinggalkan).
3.
Bahwa ibadah
yang mengandung segi kemasyarakatan diberi ganjaran lebih besar daripada ibadah
yang bersifat perseorangan.
4.
Bila urusan
ibadah dilakukan tidak sempurna atau batal karena melanggar pantangan tertentu,
maka kafaratnya ialah melakukan susuatu yang berhubungan dengan masalah sosial.
Namun yang sangat mengecewakan, kenyataan Islam sekarang
ini menampilkan keadaan yang jauh dari cita ideal tersebut. Ibadah yang
dilakukan umat Islam seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya
hanyalah sekedar kewajiban yang harus dilaksanakan dengan tanpa ada nilai
dimensi lain yang merupakan buah dari ibadah tersebut terutama dalam masalah
sosial. Sehingga seolah olah Agama hanyalah urusan individu, penyelamatan
individu tanpa ada keberkahan sosial. Dan seakan akan Agama bahkan tuhan
sekalipun tidak hadir dalam problematika sosial kita walaupun Nama-Nya sering
kita dengarkan berkumandang dimana mana.
1.3.
Tinjauan Penelitian
Agama telah menimbulkan Khayalnya yang paling luas
dan juga digunakan untuk membenarkan kekejaman orang yang luar biasa terhadap
orang lain. Agama dapat membangkitkan kebahagiaan batin yang paling sempurna
dan juga perasaan takut dan ngeri. Keterkaitan agama dengan masalah kemanusiaan
sebagaimana tersebut menjadi penting jika dikaitkan dengan situasi kemanusiaan
dizaman modern ini. Kita mengetahui bahwa dewasa ini manusia menghadapi
berbagai macam persoalan yang benar benar membutuhkan pemecahan segera. Kadang
kadang kita merasa bahwa situasi yang penuh dengan problematika di dunia modern
justru disebabkan oleh perkembangan pemikiran manusia sendiri. Dibalik kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi, dunia modern sesungguhnya menyimpan suatu
potensi yang dapat menghancurkan martabat manusia. Umat manusia telah berhasil
mengorganisasikan ekonomi, menata struktur politik, serta membangun perdaban
yang maju untuk dirinya sendiri, tetapi pada saat yang sama, kita juga melihat
bahwa umat manusia talah menjadi tawanan dari hasil ciptaannya sendiri. Sejak
manusia memasuki zaman modern mereka mampu mengembangkan potensi potensi
rasionalnya, mereka memang telah membebaskan diri dari belenggu pemikiran
mistis yang irrasional dan belenggu pemikiran hukum alam yang sangat mengikat
kebebasan manusia. Tetapi ternyata di dunia modern ini manusia tak dapat
melepaskan diri dari jenis belenggu lain, yaitu penyembahan kepada hasil
ciptaannya sendiri.
1.4.
Manfaat Penelitian
Dengan kita menggali pemahaman
tentang Agama walaupun mungkin tidak terlalu dalam paling kurang kita akan
mengerti lebih dalam daripada yang terdangkal dari pemahaman-pemahaman yang
kita ketahui sebelumnya. Sehingga dapat menambah wawasan seputar prosedur dan
keistimewaannya yang luhur dibalik realistis yang ada di masyarakat.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pembahasan Teori
Karakteristik Islam dalam bidang ilmu pengetahuan
dan kebudayaan tersebut dapat pula dilihat dari lima ayat pertama dari Surat
Al-Alaq. Iqro dalam ayat ini bukan hanya berarti membaca tetapi juga berarti
menelaah mengobservasi, membandingkan, mengukur, mendiskripsikan, menganalisis,
dan penyimpulan secara induktif. Islam dengan demikian kuatnya mendorong
manusia agar memiliki ilmu pengetahuan dengan cara menggunakan akalnya untuk
berfikir, merenung, dan sebagainya. Demikian pentingkan ilmu ini hingga islam
memandang bahwa orang menuntut ilmu sama nilainya dengan jihad dijalan Allah
SWT.
2.2. Kerangka Pemikiran
Mengartikan Agama secara
etimologis (kebahasaan) akan terasa lebih mudah daripada mengartikan Agama dari
sudut istilah karena pengertian Agama dari sudut istilah ini sudah mengandung
muatan subjektivitas dari oang yang mengartikannya. Lain halnya dengan dari
segi bahasa, pengertian Agama dari segi bahasa dapat kita ikuti antara lain
uraian yang diberikan Harun Nasution. Menurutnya, dalam masyarakat Indonesia selain
dari kata Agama, dikenal pula kata “Din” dari bahasa arab dan kata Religi dalam
bahasa eropa. Ia mengatakan bahwa Agama dari bahasa sanskerta tersusun dari 2
kata yaitu A=tidak dan Gam =pergi, jadi Agama artinya tidak pergi, tetap
ditempat, diwarisi secara turun temurun. Hal menunjukkan pada salah satu sifat
agama yaitu diwarisi secara turun temurun dari satu generasi ke generasi
lainnya. Kemudian ada yang mengatakan artinya adalah teks dan kitab suci,
tuntunan yang berarti tuntunan bagi kehidupan manusia.
Selanjutnya din dalam bahasa semit berarti undang
undang atau hukum. Dalam bahasa arab kata ini mengandung arti menguasai,
menundukkan, patuh, utang, balasan, dan kebiasaan.
Sedangkan kata religi
berasal dari kata relegere yang
mengandung arti mengumpulkan dan membaca. Pengertian demikian itu juga sejalan
dengan isi Agama yang mengandung kumpulan cara cara mengabdi kepada tuhan yan
gterkumpul dalam kitab suci yang harus dibaca, tetapi ada juga yang mengatakan
arti dari relegere adalah mengikat.
2.3. Argumentasi Keilmuan
Syafi’i Ma’arif dalam suatu kesempatan mengatakan
bahwasanya penyebab dari kesenjangan antara Citra Islam dengan kenyataannya
adalah yang Pertamakarena kualitas
keagamaan umat yang masih rendah. Menurutnya proses Islamisasi sesungguhnya
secara kualitatif belum pernah mencapai tingkatnya yang sempurna, yang Keduacara umat islam sendiri yang keliru
dalam memahami islam, Islam yang muatan ajaran banyak berkaitan dengan masalah
masalah sosial ternyata belum dapat diangkat kepermukaan disebabkan metode dan
pendekatan yang kurang komprehensif atau menyeluruh.
Mukti Ali juga mengatakan bahwasannya jika kita
mempelajari cara orang dalam mendekati agama islam maka kita akan melihat tiga
cara yang jelas tampak.Pertamaadalah
secara naqli (tradisional), yang Keduaadalah pendekatan secara aqli (rasional), dan yang Ketigaadalah pendekatan secara kasyf (mistis). Padahal dalam memahami Agama
itu harusnya ketiga cara pendekatan tersebut harus digunakan secara serempak,
bukan terpisah pisah.
Dan ternyata menurut sebuah penelitian menyatakan
bahwa ternyata mayoritas Studi Islam hanya berorientasi untuk terciptanya
lulusan yang dapat menghafal ajaran Agama, tetapi tidak mampu mengembangkannya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode dan Rancangan Penelitian
Untuk mencapai suatu kemajuan,
kejeniusan saja belum cukup, melainkan harus dilengkapi dengan ketepatan
memilih metode yang akan digunakan untuk kerjanya dalam bidang apapun. Metode
dan berpikir yang benar tak ubahnya seperti orang yang berjalan. Seorang yang
lumpuh sebelah kakinya dan tidak dapat berjalan dengan cepat, tetapi memilih
jalan yang benar akan mencapai tujuannya lebih cepat daripada jago lari yang
mengambil jalan yang terjal lagi berkelok-kelok.
Berbagai pendapat diajukan untuk metode memahami islam
diantaranya metode yang digunakan oleh ali syari’ati. Ia mengatakan bahwasannya
cara memahami islam salah satunya ialah dengan mengenal allah dan
membandingkannya dengan sesembahan agama lain. Cara lainnya ialah dengan
mempelajari kitab alqur’an dan membandingkannya dengan kitab-kitab samawi
lainnya. Tetapi ada lagi cara lain yaitu dengan mempelajari kepribadian rasul
islam dan membandingkannya dengan tokoh tokoh besar pembaruan yang pernah hidup
dalam sejarah. Akhirnya ada satu cara lagi ialah dengan mempelajari tokoh tokoh
islam terkemuka dan membandingkannya dengan tokoh tokoh utama agama maupun
aliran aliran pemikiran lain.
Selain menggunakan pendekatan komparasi, ali
syari’ati juga menawarkan cara memahami islam melalui pendekatan aliran. Dalam
hubungan ini, ia mengatakan bahwa tugas intelektual hari ini adalah mempelajari
dan memahami islam sebagai aliran pemikiran yang membangkitkan kehidupan
manusia, perseorangan maupun masyarakat. Dan bahwa sebagai intelektual dia
memikul amanah demi masa depan umat manusia yang lebih baik. Dia harus
menyadari tugas ini sebagai tugas pribadi dan apapun bidang studinya dia harus
senantiasa menumbuhkan pemahaman yang segar tentang islam dan tentang tokoh
tokoh besarnya sesuai dengan bidangnya masing masing.
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
Nasruddin Razak mengemukakan pendapatnya. Ia
menawarkan metode pemahaman Islam secara menyeluruh. Menurutnya bahwa memahami
Islam secara menyeluruh adalah penting walaupun tidak
secara detail. Begitulah cara paling minimal untuk memahami agama paling besar
sekarang ini agar menjadi pemeluk Agama yang mantap dan untuk menumbuhkan sikap
hormat bagi pemeluk Agama lainnya. Dan untuk memahami Islam secara benar
Nasruddin Razak mengajukan 4 cara:
a. Islam harus dipelajari dari sumber
yang asli, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah Rasulullah.
b. Islam harus dipelajari secara menyeluruh
sebagai satu kesatuan yang bulat tidak secara sebagian saja.
c. Islam perlu dipelajari dari
kepustakaan yang ditulis oleh para ulama besar, kaum zuama dan sarjana-sarjana Islam,
karena pada umumnya mereka memiliki pemahaman islam yang baik.
d. Islam hendaknya dipelajari dari ketentuan
normatif teologis yang ada dalam al qur’an, baru kemudian dihubungkan dengan
kenyataan historis, empiris, dan sosiologis yang ada di masyarakat.
3.3. Pengumpulan dan Analisis Data
Mukti Ali juga mengajukan
pendapat tentang metode memahami islam sebagaimana yang dikemukakan ali
Syari’ati yang menekankan pentingnya melihat islam secara menyeluruh. Ia juga
mengatakan apabila kita melihat islam hanya dari satu segi saja, maka kita
hanya akan melihat satu dimensi dari fenomena fenomena yang multifaset,
sekalipun kita melihatnya itu betul. Islam menurutnya harus dipahami secara
bulat, yaitu pemahaman islam yang dilakukan secara komprehensif. Metode lain
untuk memahami islam yang diajukan Mukti ali adalah metode tipologi. Metode ini
oleh banyak sekali ahli sosiologi dianggap objektif berisi klasifikasi topik
dan tema sesuai dengan tipenya, lalu dibandingkan dengan topik dan tema yang
mempunyai tipe yang sama.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1.
Kesimpulan
Dari uraian yang ada diatas
dapat kita simpulkan bahwasannya metode yang dapat digunakan dalam memahami
islam secara garis besar ada dua macam. Pertama,
metode
komparasi yaitu suatu cara memahami agama dengan membandingkan
seluruh aspek yang ada dalam Agama Islam tersebut dengan Agama lainnya, dengan
cara demikian akan dihasilkan pemahaman Islam yang objektif dan utuh. Kedua, metode sintesis, yaitu
suatu cara memahami Islam yang memadukan antara metode ilmiah dengan segala
cirinya yang rasional, objektif, kritis, dan seterusnya dengan metode teologis
normatif.
4.2.
Saran
Ali Syari’ati menekankan
pentingnya melihat Islam secara menyeluruh. Ia juga mengatakan apabila kita
melihat Islam hanya dari satu segi saja, maka kita hanya akan melihat satu
dimensi dari fenomena fenomena yang multifaset, sekalipun kita melihatnya itu
betul. Islam menurutnya harus dipahami secara bulat, yaitu pemahaman Islam yang
dilakukan secara komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam/oleh
Abuddin Nata-Ed. Revisi,-18-(Jakarta: Rajawali Press, 2012). Xii, 482 hlm.,21
cm. ISBN 979-421-706-9
0 komentar:
Posting Komentar
coment